USU Diminta Waspadai ‘Perang Boneka’ Ancaman NKRI


MEDAN (Berita): Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan, perang Proxy War (perang boneka) atau perang antara dua pihak menggunakan peran pengganti harus diwaspadai generasi muda. Perang Proxy War merupakan ancaman serius bagi kedaulatan NKRI.

"Jika perang Proxy ini tidak diantisipasi, keutuhan NKRI, bisa babak belur alias tinggal nama," kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo usai memberikan kuliah umum di gedung Auditorium USU, Kamis pekan lalu. Kuliah Umum bertema "Peran Pemuda dalam Menghadapi perang Proxy War" itu dihadiri Wagubsu Tengku Erry Nuradi, Wakil Rektor I Prof Dr Zulkifli Nasution, pejabat teras Kodam I/BB dan USU, para akademisi dan ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Sumut.

Dia menilai Proxy War sudah mengancam semua wilayah NKRI. Indikasi Proxy War itu terlihat melalui adanya gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok. Pemeran Proxy War dapat menjelma menjadi siapa saja, lembaga apa saja, misalnya melalui, LSM, media, jaringan narkoba, ormas, dan OKP, jadi harus dicermati betul sistem.

Dia menegaskan, mahasiswa sebagai generasi emas bangsa sangat rawan disusupi pemain Perang Proxy War. "Mahasiswa calon pemimpin sebuah bangsa, jadi sangat potensial dijadiakan tumbal perang pegganti dalam Proxy War, " tegasnya.

Lebih jauh, dipaparkan Jenderal Gatot Nurmantyo dalam kuliah umumnya, di era kedepan sifat dan karakteristik perang telah bergeser seiring perkembangan teknologi. "Tahun 2043 energi fosil akan habis dan digantikan bio energi, sehingga sasaran konflik akan mengarah ke sumber pangan sebagai sumber energi," jelasnya.

Menurut Kasad, Indonesia sebagai salah satu negara ekuator memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara. Sehingga, menurutnya, dibutuhkan tindak antisipasi dan persiapan matang agar bangsa ini mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Gatot Nurmantyo menambahkan, bertambah pesatnya populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru."Kondisi ini membuka peluang bagi kelompok menciptakan perang-perang jenis baru seperti perang hibrida dan perang proxy," jelasnya.

Perang Proxy atau Proxy War merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Perang proxy, tambahnya, tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan actor non state.

Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal Proxy War antaranya, katanya, dengan cara mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter.

Kasad juga mengingatkan mahasiswa USU, kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas kepentingan segala-galanya. Sebab, di masa akan datang, gaya dan metode rongrongan terhadap kedaulatan NKRI semakin berkembang sesuai dengan situasi dan kemajuan teknologi. Trend perang Proxy War di mana antardua pihak tidak saling berhadap-hadapan.

Namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Selain itu, pemain Proxy War mampu mengorganisir sebuah konfrontasi antar dua kekuatan dengan menggunakan pemain pengganti untukmenghindari kontak secara langsung.(aje)

Source: Beritasore

Comments

Popular posts from this blog

Hasban Bisa Langsung Start, Sumut Bangkit 'Running Well'

Wagubsu Buka Acara Forum Komunikasi Ekonomi dan Keuangan Regional

Wagub Minta BKPRMI Sumut Kembangkan Ekonomi Syariah